Kamis, 22 Desember 2011

Permainan yang Dimainkan mendidik Kearah Keras dan Beringas


Tergelitik artikel di surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta Jum”at 8 Desember 2011 halaman 17 b3rjudul Pelajar Beringas Ada Apa? Ditulis oleh Agus Siswanto S.Pd Guru SMK Negeri 6 Magelang Penulis mencobamenyoroti dari permainan yang sehati haridimaunkan dan perhatian Orang Tua.

Pada saat ini kita hidup dalam suasana masyarakat, bangsa dan negara yang memiliki situasi budaya yang tidak menentu. Dimana sebagian masyarakatnya sudah menikmati tingkatan teknologi tinggi, meskipun mentalitasnya masih banyak dalam tahapan kebudayaan agraris. Menurut pidato pemimpin pemimpinnya ” sebagian terbesar masih hidup dilingkungan pedesaan yang masih kuat budaya agrarisnya”,tetapi ironisnya berkat pembangunannya sudah bersikap seolah olah modern atau masyarakat yang karena urbanisasinya pesat  dan mnobilitasnya tinbggi telah terpengaruh metropolis, dikarenakan gencarnya media cetak, media televisi dan Komunikasi selluler, komputer, internet dan lain lain.

Berimbas pada erosi kehidupan yang berwujud fenomena kekerasan dan keberingasan dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia saat ini yang tampak semakin berkembang; bila kita simak pemberitaan yang terjadi ” tiada hari tanpa kekerasan dan keberingasan serta pembunuhan”. Termasuk didalamnya akan ditemukan suatu kondisi dimana kekerasan dan keberingasan menyelinap pula didalam berbagai lembaga kemasyarakatan dan juga merembet yang memakai etiket agama.

Padahal kita justru telah berada pada suatu era dimana manusia telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga jarak dan waktu bukan lagi merupakan hambatan bagi hubungan antar sesama. Lebih lebih dalam era reformasiini rakyat bebas sebebasbebasnya memilih dan menikmati( meskipuin baru sebagian ) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemakmuran dibidang ekonomi, demokrasi dan politik juga dibidang bidang lainnya, seolah olah kemajuan Yng dicapai telah identik dengan modern, sayangnya tidak berimbang dengan mentalitas perilaku maupun budi pekertinya.

Semakin sering terdengar berbagai pendapat yang bila di saring saring menunjukkan kecenderungan bahwa kemajuan dan medernitas saat ini kedepannya perlu dibarengi pemantapan wawasan kemanusiaan dalam b erbagai dimensi yang utama pembangunan karakternya. Apabila dicermati lebih mendalam, suasana dan kecenderungan yang ditunjukkan oleh masyarakat yang telah menggunajkan teknologicanggih ( digital ) justru seolah olah tidak memberikan apa apa tentang arti kehidupan bagi masyarakatnya; yang dirasaakan justru ketidak serasian, ketidak tentramnan, ketidak bahagiaan yang dijumpai kekerasan, keberingasan dan pembunbuhan yang tidak jelas m motifnya.

Mari kita amati secara cermat anak anak beserta teman temannya yang sering bermain di suatu persewaan Play Station atau video Gams dapat dipastikan bahwa yang mereka mainkan adalah permainan permainan berupa pertarungan, dan mereka biasanya sudah memiliki tokoh tokoh idola masing masing((dulu penulis bermain umbul juga mempunyai tokoh idolanya masing masing). Dalam keseharian mereka berjam jam menukmati pertarunagan adu jotos, tendangan dan bantingan serta perlawanan bersenjata tradisional dan modern yang ditampilkan oleh tokoh tokoh idola mereka, sehingga anakj anak tanpa sadar emosinya sudah terpengaruh oleh sepak terjang tgokoh idola dalamn permainan itu dengan tipua daya dan trik untuk memenangkan pertarungan ( kalau umbul hanya membuka dan menutupnya gambar saja) untuk dapat memperdaya atau membunuh lawan. Pengaruh yang diperoleh dari menikmati permainan play atau video gams itu adalah sikap dan perilaku seperti yang di tonton dan dimainkan oleh tokoh idolanya yang beruaemosi kekerasan dan pembunuhan.

Pada waktu pulang dari tempat persewaan menuju rumah masing masing mereka menemui suasana lalu lintas yang semrawut, diantara pengguna jalan itu ada yang seolah olah seperti yang mereka mainkan dalam video games misalnya beberapa anak muda memperlihatkan kenekatannya ( sok jagoan)  dengan mengendarai motornya kencang kencang dan meraung raung berkelok kelok menyusup kekiri kekanan dianatara kendaraan lain yang lalu lalang, menambah emosi anak itu terpompa dalam temperamen yang tidak menentu tingginya.

Sesampainya dirumah petualangannya dilanjutkan dengan menonton televisi yang menyajikan sinetron atau film film atau berita berita yang juga penuh dengan kekerasan dan keberingasan. Dengan demikian emosi yang temperaturnya sudah tidak benar itu seolah olah dipupuk dengan tontonan tontonan serba keras dan beringas sehingga perilaku sok jagoan berkembang timbul semakin subur dalam rekaman otak anak anak tadi mudah mudahan yang penulis sampaikan tadi hanya sebatas kekhawatiran atau illusi semata.

Masih ditambah dari pendapat sdr Agus Siswanto S.Pd dalam tulisannya ”Tuntutan ekonomi membuat orang tua tidak mempunyai weaktu bagi putra putrinya.... dan kontrol (pengawasan) yang kurang dari orang tua membuat anak leluasa meklakukan aktivitasnya yang tidak bertanggung Jwab” Hal itu masih ditambaj lagi disuatu ruang di rumah telah tersedia seperengkat fasilitas internet, disini yang penulis tahu hampir setiap anak diam diam sudah mahir mengakses program program dalam situs situs tertentu yang belumut ditionton oleh anak anak.

Menjadi lengkaplah sikap perilaku emosional yang tumbuh berkembang dari pengaruh pengaruh yang semestinya belum waktunya mengganggu kecerdasan emosi anak anak namun kenyataannya yang didapat dan digemari adalah idola tokoh kekerasan, keberingasan, pembunuhan dan adegan adegan seronok. Masih ada tambahan lagi yaitupada saat bertemu orang tuanya karena tekanan ekonomi tadi tanpa sebab yang jelas menghardik anaknya dengan kata kata kasar bahkan mungkin dengan tindakan kekerasan fisik.

Untuk melengkapi gaya hidupnya yang modern masih ada satu perangkat teknologi yang selalu mereka bawa kemana mana yaitu telephone seluler atau telepon genggam, dengan fitur lengkap meskipun bukan merek ternama untukkomunikasi sesama dengan kontek suara maupun SMS untuk hiburan demngan MP3, games atau televisi dan akses internet untuk kesenangan semata adalah kesenangan yang berdasar pada instink, maka tidak mengherankan bahwa yang muncul hanya kecenderubfan nafsu seksual, kekerasan, kekasaran, keberingasan, kebencian, keirian dan lainlain.

Coba diperhatikan lebih cermat lagi apa sebenarnya yang dilakukan anak anak itu dengan HP nya, mereka berlama lama asyaik bermain games, sms, facebookm, telephone dan lain lainnya yang belum tentu ada gunanya untuk meniti masa depannya. Mereka mulai dari SD,SMP.SMA,Mahasiswa dan mereka yang tidak bersekolah atau beraktivitaspun menggunakan HP dengan beberapa nopmor operator yang berbeda untukbisa menjangkau sesama teman agar agak murah pul;anya Ada Apa?

Dengan Hpnya yang canggih serta kemampuan memotret dan membuat film video, menukar gambar dan tulisan serta kemampuan kemampuan lainnya, menjadikan banyak kemungkinan yang dapat mereka gunakan. Contoh HP sering digunakan untuk menukar gambar tak pantas tonton, adegan adegan seksual diantara mnereka, menggunakan untukmengancam mestinya belum waktunya mereka lakukn dan nuikmati. Persoalan perilaku perilaku kenakalan, kekerasan dan keberingasan  yang dipengaruhi oleh alat alat canggih dalam ragam semakin kompleks, berbeda sewaktu penulis masih anak anak / muda idola yang ditu paling oreang tuanya, nenek atau kakeknya atau hanya sebatas kenalan yang dikenalny atau tokoh esaysng yang semuanya masih sederhana dan persoalannya pun begitu sederhana. Tetapi saat globalisasi ini ketika dunia tidak lagi tersekat sekat dengan hadirnya berbagai perangkat bteknologi canggih maka persoalan pun melesat tanpa kendali bagi mereka nyang tidak memiliki karakter dan mendapat kasih sayang yang benar.

Sudah seharusnya dan khususnya para orang tua dan pendidik selalu memberi contoh perilaku utama,perilaku kasih sayang, welas asih andap asor sopan santun  dalam lingkungan sosial serta mencermati dengan penuh perhatianm, melakukan pengawasan ( bukan asal m3enyenangkan anaknya atau menuruti permintaan anak), mengawasi  bermainnya anak, memeriksa tas sekolahnya, Hpnya perilaku sosialnya. Dan unsur pemerintah juga perlu melakukan pengawasan dan jnuga pemeriksaan anak anak yang patiut diduga melakukan hal hal yang tidak wajar. Semoga sedikit bisa menjawab ada apa yang dipertanyajkan sdr Agus Siswanto dan mendapat tanggapan dalam sarasehan paguyuban oncek oncek kawruh sapolo.

Dipost oleh Drs. Gatot Lelono  22 Desember 2011

1 komentar:

  1. Untuk menangkal kekerasan dan kebringasan, tidak ada jalan lain, kembali ke pemahaman agama yang kaffah dan internalisasi nilai-nilai budi pekerti luhur warisan nenek moyang kita. Gemar puasa atau bertapa, gemar mencari ilmu, dan menjadikan rumah adalah surga bagi anak-anak. Peran Bapak dan Ibu sangat menentukan. Pasti anak2 senang berkontemplasi daripada keluyuran di jalan.

    BalasHapus