Kamis, 22 Desember 2011

Permainan yang Dimainkan mendidik Kearah Keras dan Beringas


Tergelitik artikel di surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta Jum”at 8 Desember 2011 halaman 17 b3rjudul Pelajar Beringas Ada Apa? Ditulis oleh Agus Siswanto S.Pd Guru SMK Negeri 6 Magelang Penulis mencobamenyoroti dari permainan yang sehati haridimaunkan dan perhatian Orang Tua.

Pada saat ini kita hidup dalam suasana masyarakat, bangsa dan negara yang memiliki situasi budaya yang tidak menentu. Dimana sebagian masyarakatnya sudah menikmati tingkatan teknologi tinggi, meskipun mentalitasnya masih banyak dalam tahapan kebudayaan agraris. Menurut pidato pemimpin pemimpinnya ” sebagian terbesar masih hidup dilingkungan pedesaan yang masih kuat budaya agrarisnya”,tetapi ironisnya berkat pembangunannya sudah bersikap seolah olah modern atau masyarakat yang karena urbanisasinya pesat  dan mnobilitasnya tinbggi telah terpengaruh metropolis, dikarenakan gencarnya media cetak, media televisi dan Komunikasi selluler, komputer, internet dan lain lain.

Berimbas pada erosi kehidupan yang berwujud fenomena kekerasan dan keberingasan dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia saat ini yang tampak semakin berkembang; bila kita simak pemberitaan yang terjadi ” tiada hari tanpa kekerasan dan keberingasan serta pembunuhan”. Termasuk didalamnya akan ditemukan suatu kondisi dimana kekerasan dan keberingasan menyelinap pula didalam berbagai lembaga kemasyarakatan dan juga merembet yang memakai etiket agama.

Padahal kita justru telah berada pada suatu era dimana manusia telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga jarak dan waktu bukan lagi merupakan hambatan bagi hubungan antar sesama. Lebih lebih dalam era reformasiini rakyat bebas sebebasbebasnya memilih dan menikmati( meskipuin baru sebagian ) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemakmuran dibidang ekonomi, demokrasi dan politik juga dibidang bidang lainnya, seolah olah kemajuan Yng dicapai telah identik dengan modern, sayangnya tidak berimbang dengan mentalitas perilaku maupun budi pekertinya.

Semakin sering terdengar berbagai pendapat yang bila di saring saring menunjukkan kecenderungan bahwa kemajuan dan medernitas saat ini kedepannya perlu dibarengi pemantapan wawasan kemanusiaan dalam b erbagai dimensi yang utama pembangunan karakternya. Apabila dicermati lebih mendalam, suasana dan kecenderungan yang ditunjukkan oleh masyarakat yang telah menggunajkan teknologicanggih ( digital ) justru seolah olah tidak memberikan apa apa tentang arti kehidupan bagi masyarakatnya; yang dirasaakan justru ketidak serasian, ketidak tentramnan, ketidak bahagiaan yang dijumpai kekerasan, keberingasan dan pembunbuhan yang tidak jelas m motifnya.

Mari kita amati secara cermat anak anak beserta teman temannya yang sering bermain di suatu persewaan Play Station atau video Gams dapat dipastikan bahwa yang mereka mainkan adalah permainan permainan berupa pertarungan, dan mereka biasanya sudah memiliki tokoh tokoh idola masing masing((dulu penulis bermain umbul juga mempunyai tokoh idolanya masing masing). Dalam keseharian mereka berjam jam menukmati pertarunagan adu jotos, tendangan dan bantingan serta perlawanan bersenjata tradisional dan modern yang ditampilkan oleh tokoh tokoh idola mereka, sehingga anakj anak tanpa sadar emosinya sudah terpengaruh oleh sepak terjang tgokoh idola dalamn permainan itu dengan tipua daya dan trik untuk memenangkan pertarungan ( kalau umbul hanya membuka dan menutupnya gambar saja) untuk dapat memperdaya atau membunuh lawan. Pengaruh yang diperoleh dari menikmati permainan play atau video gams itu adalah sikap dan perilaku seperti yang di tonton dan dimainkan oleh tokoh idolanya yang beruaemosi kekerasan dan pembunuhan.

Pada waktu pulang dari tempat persewaan menuju rumah masing masing mereka menemui suasana lalu lintas yang semrawut, diantara pengguna jalan itu ada yang seolah olah seperti yang mereka mainkan dalam video games misalnya beberapa anak muda memperlihatkan kenekatannya ( sok jagoan)  dengan mengendarai motornya kencang kencang dan meraung raung berkelok kelok menyusup kekiri kekanan dianatara kendaraan lain yang lalu lalang, menambah emosi anak itu terpompa dalam temperamen yang tidak menentu tingginya.

Sesampainya dirumah petualangannya dilanjutkan dengan menonton televisi yang menyajikan sinetron atau film film atau berita berita yang juga penuh dengan kekerasan dan keberingasan. Dengan demikian emosi yang temperaturnya sudah tidak benar itu seolah olah dipupuk dengan tontonan tontonan serba keras dan beringas sehingga perilaku sok jagoan berkembang timbul semakin subur dalam rekaman otak anak anak tadi mudah mudahan yang penulis sampaikan tadi hanya sebatas kekhawatiran atau illusi semata.

Masih ditambah dari pendapat sdr Agus Siswanto S.Pd dalam tulisannya ”Tuntutan ekonomi membuat orang tua tidak mempunyai weaktu bagi putra putrinya.... dan kontrol (pengawasan) yang kurang dari orang tua membuat anak leluasa meklakukan aktivitasnya yang tidak bertanggung Jwab” Hal itu masih ditambaj lagi disuatu ruang di rumah telah tersedia seperengkat fasilitas internet, disini yang penulis tahu hampir setiap anak diam diam sudah mahir mengakses program program dalam situs situs tertentu yang belumut ditionton oleh anak anak.

Menjadi lengkaplah sikap perilaku emosional yang tumbuh berkembang dari pengaruh pengaruh yang semestinya belum waktunya mengganggu kecerdasan emosi anak anak namun kenyataannya yang didapat dan digemari adalah idola tokoh kekerasan, keberingasan, pembunuhan dan adegan adegan seronok. Masih ada tambahan lagi yaitupada saat bertemu orang tuanya karena tekanan ekonomi tadi tanpa sebab yang jelas menghardik anaknya dengan kata kata kasar bahkan mungkin dengan tindakan kekerasan fisik.

Untuk melengkapi gaya hidupnya yang modern masih ada satu perangkat teknologi yang selalu mereka bawa kemana mana yaitu telephone seluler atau telepon genggam, dengan fitur lengkap meskipun bukan merek ternama untukkomunikasi sesama dengan kontek suara maupun SMS untuk hiburan demngan MP3, games atau televisi dan akses internet untuk kesenangan semata adalah kesenangan yang berdasar pada instink, maka tidak mengherankan bahwa yang muncul hanya kecenderubfan nafsu seksual, kekerasan, kekasaran, keberingasan, kebencian, keirian dan lainlain.

Coba diperhatikan lebih cermat lagi apa sebenarnya yang dilakukan anak anak itu dengan HP nya, mereka berlama lama asyaik bermain games, sms, facebookm, telephone dan lain lainnya yang belum tentu ada gunanya untuk meniti masa depannya. Mereka mulai dari SD,SMP.SMA,Mahasiswa dan mereka yang tidak bersekolah atau beraktivitaspun menggunakan HP dengan beberapa nopmor operator yang berbeda untukbisa menjangkau sesama teman agar agak murah pul;anya Ada Apa?

Dengan Hpnya yang canggih serta kemampuan memotret dan membuat film video, menukar gambar dan tulisan serta kemampuan kemampuan lainnya, menjadikan banyak kemungkinan yang dapat mereka gunakan. Contoh HP sering digunakan untuk menukar gambar tak pantas tonton, adegan adegan seksual diantara mnereka, menggunakan untukmengancam mestinya belum waktunya mereka lakukn dan nuikmati. Persoalan perilaku perilaku kenakalan, kekerasan dan keberingasan  yang dipengaruhi oleh alat alat canggih dalam ragam semakin kompleks, berbeda sewaktu penulis masih anak anak / muda idola yang ditu paling oreang tuanya, nenek atau kakeknya atau hanya sebatas kenalan yang dikenalny atau tokoh esaysng yang semuanya masih sederhana dan persoalannya pun begitu sederhana. Tetapi saat globalisasi ini ketika dunia tidak lagi tersekat sekat dengan hadirnya berbagai perangkat bteknologi canggih maka persoalan pun melesat tanpa kendali bagi mereka nyang tidak memiliki karakter dan mendapat kasih sayang yang benar.

Sudah seharusnya dan khususnya para orang tua dan pendidik selalu memberi contoh perilaku utama,perilaku kasih sayang, welas asih andap asor sopan santun  dalam lingkungan sosial serta mencermati dengan penuh perhatianm, melakukan pengawasan ( bukan asal m3enyenangkan anaknya atau menuruti permintaan anak), mengawasi  bermainnya anak, memeriksa tas sekolahnya, Hpnya perilaku sosialnya. Dan unsur pemerintah juga perlu melakukan pengawasan dan jnuga pemeriksaan anak anak yang patiut diduga melakukan hal hal yang tidak wajar. Semoga sedikit bisa menjawab ada apa yang dipertanyajkan sdr Agus Siswanto dan mendapat tanggapan dalam sarasehan paguyuban oncek oncek kawruh sapolo.

Dipost oleh Drs. Gatot Lelono  22 Desember 2011

Rabu, 21 Desember 2011

BAHASA BAGONGAN


BAHASA  BAGONGAN


1.     Istilah dan Penggunaan
Menurut Kumala Nareswari RW (2010), bahwa kata Bagongan berasal dari nama tokoh punokawan dalam pewayangan, yaitu Bagong. Dia adalah salah satu pelayan istana yang kurang mampu bertutur kata secara lancar, apalagi berbahasa halus. Bahasa tersebut sudah dikenal sejak masa Sultan Agung, kemudian ditemui juga pada masa HB I.
Memang pada masa Sultan Agung (Serat Sastro Gending, Partini B, 2010), beliau menaruh minat dengan pengembangan bahasa Jawa, termasuk menciptakan tatanan bahasa ngoko-kromo. Dan pada zaman tersebut harus menggunakan bahasa kromo terhadap raja.
Adapun penggunaan bahasa Bagongan seperti digambarkan oleh Widayat (2010) dalam Ketoprak Mataram, yang menggunakan bahasa ngoko, kromo, dan juga sering menggunakan bahasa Bagongan yang digunakan oleh pelaku abdi dalem melaksanakan kewajibannya di lingkungan kraton sebagai bahasa sehari-hari pada saat caos.
2.     Hanya Sebelas Kata
Lebih lanjut Kumala Nareswari RW (2010) mengemukakan, bahwa bahasa Bagongan hanya terdiri dari 11 kata, sebagai berikut :
1.     Henggeh (iyo, ya)
2.     Mboya (mboten, tidak)
3.     Meniro (kulo, saya)
4.     Pekeniro (sampeyan, kamu)
5.     Punapi (opo, apa)
6.     Puniki (iki, ini)
7.     Puniku (iku, itu)
8.     Wenten (ono, ada)
9.     Nedo (sumawi, mari)
10. Seyos (sanes, bukan)
11. Besaos (kemawon, saja)
Dan juga dikemukakan, bahwa fungsi bahasa Bagongan sebagai simbol paling mudah ditemukan dalam adegan-adegan pewayangan.
Dalam pewayangan tersebut ada 2 hal yang kami amati :
a.      Pembicaraan antar dewa memang menggunakan bahasa Bagongan tsb.
b.     Namun menurut pengalaman kami menyaksikan wayang kulit ada kata ulun, (untuk kata ganti aku, saya) dan kata kito (untuk kata ganti siro, kamu). Tetapi hal tersebut hanya digunakan buat si dewa berbicara dengan Titah Mercopodo. Dan ulun digunakan oleh si dewa dan si titah disebut dengan kata ganti kito. Dan si titah untuk menyebutnya sebagai kata ganti orang kedua menyebut dengan pikulun.
Contoh :
Narodo        : He ngger Arjuno, kito munggah ing kayangan sajak sumengko pengawak brojo ono wigati opo ngger
Arjuno : Nun inggih pikulun, kulo gumrajag datan larapan sowan wonten  ngarso pikulun awit ing mercopodo wonten kedadosan ingkang mboten sebaenipun
Betoro Guru : Kakang Narodo. Awewaton aturipun Arjuno, milo meniro mrayogekaken pakeniro Kakang Narodo tumunteno tedak dateng Mercopodo, mindak sangsoyo ndodro angandar-andar kedadosan puniku.
Narodo : Nun, henggeh di Guru. Meniro tumunten enggal bidal.
He ngger Arjuno, kito enggal ndisiki bali mring Mercopodo. Mboya antoro suwe ulun nungko laku kito ngger.
 Sumber :
1.     Partini B : Serat Gending, Cetakan Pertama, Desember 2010
2.     Kumala Nareswari RW : Bahasa Bagongan Jangan Ikut Punah
KR : 20 Februari 2010 hal. 17
Kliping : SSB No. 32 lembar 24
3.     Widayat : Boso lan Busono Sajroning Ketoprak
KR : 16 Mei 2010 hal 10
Kliping : SSB no. 34 lembar 15

Dipost oleh Ir. H. A. Toegiman Hadibroto
Pensiunan Widyaiswara Diklat Propinsi Jateng
Untuk Sarasehan Paguyuban Oncek-Oncek Kawruh Sapolo Kab. Klaten
Pada Tanggal 23 November 2011

Sabtu, 17 Desember 2011

Kunjungan Wisata ke Yogyakarta



Dari kiri kje kanan Bp YA Effendi Slameto, BA, Bp H.Margono Noto Pertomo S.Pd, Bp Ir.H.Toegiman Hadibroto, Bp Ir.H. Riyo Darmanto saat kunjungan wisata ke situs situs bersejarah di Yogayakarta beberapa waktu lalu


Mengupas ( Oncek Oncek ) Pengetahuan Sederhana ( Kawruh Sapolo )
Sebuah rangkaian perjalanan spiritual menanggulangi krisis mental dan moral
Di Abad Modernisasi


     Malam belum begitu larut, kebetulan suasana cuaca sangat bersahabat setelah dekade ketiga bulan September 2010,  Kota Klaten, di terjang hujan dan angin kencang yang menciutkan hati.
Sekelompok insan Tuhan yang cukup lanjut usia bersemangat merealisasikan gagasan untuk berdiskusi tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupan, sebagai salah satu upaya untuk ikut serta memikirkan kehidupan disekitar khususnya dan kehidupan bangsa ini secara umum.
” Kegiatan ini tidak bersifat politis tidak pula utopis tetapi jangan sampai membebani karena kita sudah tua tua ” ungkap Ir.H.Achmad Tugiman Hadibroto membuka pertemuan yang sebenarnya telah berlangsung untuk  ke 6 kalinya.
Semula kegiatan ini hanya diikuti oleh 5 ( Lima ) orang yang terdiri atas Ir.H.A.Tugiman, YA Effendi Slameto BA, Drs. Gatoto Lelono, Ir.H.Riyo Darmanto, Ir.H.Untung Puji Surarso, tetapi pada pertemuan kali yang keenam ini dihadiri oleh 9 orang dengan tambahan hadirin masing masing adalah H.Margono Noto Pertomo S.Pd, Prof DR.Sumitro, DR Esti Ismawati, dan H.Wibowo Ari Subagio, BE, dimana 8 anggota dianataranya telah memasuki tahapan Manula, kecuali Ibu DR.Esti yang paling muda balita ( Bawah Lima Puluh  Tahun ).

     ” Angka 9 memang angka istimewa;  coba periksa saja sebutan ” Indonesia ”  itu terdiri dari 9 huruf ” kata Pak H.Margono Noto Pertomo S.Pd  yang juga biasa mengisi siaran siaran radio tentang budaya jawa dan wayang kuluit di radio radio swasta baik di klaten maupun di Solo disamping memberikan uraian akronim indonesia yang disusun begitu indah.

      Malam itu nampaknya  belum ada topik yang  ditentukan lebih dahulu dalam diskusi yang cukup hangat. Salah satu pokok perhatian adalah maraknya tindak kekerasan sehingga memacu Bp.YA Effendi Slameto mengungkapkan perlunya pendidikan budi pekerti lagi di sekolah  mulai dari sekolah dasar sampai ke tingkat pendidikan yang paling tinggi. Profesor Sumitro juga menyampaikan kalau di Yogyakarta muatan lokal pendidikan Budi Pekerti itu di istilahkan kurikulum bermuatan kearifan lokal, dengan aspek yang lebih luas yaitu bertujuan mulia untuk melestarikan budaya kita yaitu budaya Jawa.
Hal ini memperoleh tanggapan hangat dari Ibu DR Esti Ismawati M.Pd, bahwa budaya itu adalah sesuatu yang hidup sehingga dari waktu ke waktu terjadi perubahan yang mendasar, yang dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) Kelompok yaitu budaya yang menerima tradisi, menolak tradisi dan tidak menerima atau menolak tetapi mengubah tradisi. Dari mana kita akan memulai, tetapi intinya berbagai hal yang muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku masyarakat kita itu intinya adalah karena kurangnya keteladanan dari para pemimpin, pejabat maupun orang tua.
Dalam pembicaraan itu juga menjadi pertanyaan mengapa kurang keteladanan padahal  dalam kehidupan manusia itu telah banyak teladan lebih lebih Tuhan juga telah menciptakan para Nabi  dan Waliullah sebagai teladan, seperti misalnya Nabi Isa A.S ataupun  Nabi Muhamad SAW yang mutlak perlu diteladani oleh manusia akhir jaman ini.
Meski demikian keteladanan sesama manusia itu perlu menurut Pak  H.Ir. Riyo Darmanto
karena meneladani para Nabi meskipun wajib itu cukup berat bagi manusia. Akan lebih baik jika lebih dekat adalah keteladanan sesama manusia.
Masalah moral itu memang harus di asah dari waktu ke waktu terlebih sebagai manusia kita harus selalu berusaha memproteksi diri disamping mengembangkan budaya kita sebagai manusia. Demikian di kemukakan Pak Ir.HA Tugiman Hadibroto. Lebih lanjut di kemukakan bahwa manusia modern itu menurut Ahmad Ma’ruf dalam penulisan pada  majalah Ekonomi Muhamadiyah terbitan Minggu Kliwon 11 Juli 2010 halaman 1 ”  bahwa manusia modern itu mengalami Lost Of  Soul  atau kegersangan ruhani, disorientasi, anomali moral dan sosial dan future shock atau kejutan masa depan.
Pak Drs. Gatot  Lelono menyambung bahwa dewasa ini ternyata hati nurani telah ditinggalkan. Menurut pak Gatot harti nurani itu berada dibagian atas otak kita, sehingga apabila menyebut hati nurani pak gatot memeragakan memegang bagian atas kepalanyanyang telah memutih laksana perak berkilau. Tugas kita mengingatkan generasi yang lebih muda untuk lebih banyak menggunakan hati nurani ketika melakukan tindakan apapun.

        Malam semakin larut, ternyata para hadirin cukup terkesima dengan di tembangkannya sebuah tembang pangkur  oleh Pak H.Ir. Puji Untung Surarso yang intinya mengajak siapapun untuk menjalani 4 kebenaran yaitu meliputi benar pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan yang dikutip dari wewarah RM Sosro Kartono nukilan pak Riyo Darmanto. Begitu indah kumandang Pangkur ini sehingga menghayutkan siapapun yang mendengarnya. 
Tembang pangkur itu menutup pertamuan malam itu dengan sebuah harapan para sepuh ini mendarma bhaktikan pemikirannya,  salah satunya adalah  meng ”up date” kembali sejarah Kabupaten Klaten yang ternyata banyak situs situs bersejarah misalnya seperti saat Klaten pernah menjadi bayangan ”Ibu Kota Negara” yang saat itu berada di Yogyakarta, karena sedang diduduki Belanda, maka untuk sementara pemerintahan sipilnya (sebagian para menterinya) waktu itu berada di Desa Tirtomarto dan sekitarnya wilayah kecamatan Cawas, sedang untuk komando militernya berada di desa Kepurun Kecamatan Manisrenggo.
 diposting oleh wibowo arei subagio

                                                                                          Klaten 29 September 2010







































      

Selasa, 13 Desember 2011

Budaya Keberaksaraan vs Kelisanan

Budaya Keberaksaraan Kita Masih Tertinggal.
Mengamati isi Blog OOKS beberapa hari ini dapat saya simpulkan bahwa budaya keberaksaraan kita (budaya tulis-menulis kita) masih tertinggal jauh. Jarak antara stimulus dan respon masih lambat. Ini wajar, karena budaya kita yang masih unggul hingga saat ini adalah budaya lisan. Padahal kita tahu bahwa budaya kelisanan akan cepat hilang tanpa bekas. Beda dengan tulisan.

Senin, 12 Desember 2011

Pesan Menristek.

Menristek Prof.Dr. Gusti Moh. Hatta berpesan di Banjarmasin Post begini :
Inovasi teknologi yang dikembangkan kalangan Perguruan Tinggi dan komunitas akademik harus mampu menjawab persoalan dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat.
Inovasi teknologi harus bersifat 'demand - driven', menjawab kebutuhan nyata yang dihadapi masyarakat atau pengguna dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Kebijakan riset di Perguruan Tinggi perlu direorientasi dan harus diubah dari yang selama ini sangat kental dengan nuansa hasrat akademik dosen digeser ke pemenuhan kebutuhan masyarakat. Inovasi teknologi harus menjadi solusi memecahkan persoalan kehidupan.
Demikian pesan Menristek.

Sabtu, 10 Desember 2011

Budaya Nembang Sebelum Tidur Kini Luntur

Dulu, waktu saya kecil, sebelum saya dan adik-adik tidur, ayah atau ibu saya selalu nembang. Kalau ayah saya nembang Jawa, terkadang sampai kami sudah terlelap pun masih bersenandung. Kalau ibu saya nembang lagu-lagu pujian karena ibu saya guru ngaji... Ayah dan ibu saya kompak dalam berbagi tugas. Suasana seperti itu ternyata masih sangat membekas hingga sekarang (setengah abad lebih). Saya pikir, metode ini bagus juga ya seandainya digunakan guru di dalam pembelajarannya.... Namun sayang, budaya nembang sebelum tidur itu kini tak terdengar lagi. Dimana-mana suara televisi yang mendominasi sehingga kita kehilangan suasana bening nan syahdu yang kelak akan melahirkan true wisdom. Perlu dibudayakan lagi kiranya suasana seperti masa kecil tahun 60-an. Langgar-langgar senandungkan puji-pujian, rumah-rumah senandungkan kebeningan jiwa dan ketenangan melalui nembang..................

Jumat, 09 Desember 2011

Tembang Sebelum Tidur dari Bapak

Wonten kidung rumeksa ing wengi
teguh ayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan datan ana wani
miwah panggawe ala
gunane wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah mring mami
guna duduk pan sirna.....

Adalah gita penjaga sang malam
tetaplah selamat, lepas dari segala petaka
luputlah segala mara bencana
jin dan setan tak akan mengharu-biru
teluh tak akan mengena
serta segala peri laku jahat,
ilmu para manusia sesat
padam seperti tersiram air
pencuri tak akan membuatku menjadi sasaran
guna-guna dan penyakit akan sirna.........

Kamis, 08 Desember 2011

Perjalanan Kereta Api Sekarang Memuaskan

Perjalanan dengan moda angkutan Kerata API milik Penerintah Indonesia yang mampu memberikan kepuasan pelanggannya.

Sungguh perjalanan yang menyenangkan pada tanggaln 8Desember 2011 lalu. Nampaknya baru kaliini kereta api jurusan Solo Jakarta dapat tepat waktu tiba di Jakarta. Berangkap pukul 8 dari Solo dan tiba di Klaten pukul 08.21 sunggu tepat jadwal selebihnya sampai di Purwokerto baru pukul 11 siang. Biasanya sampai di Purwokerto pukul 12 an tapi kali ini jam 11 tepat sudah sampai di Purwokerto. Entah ini karena hasil sidak pak menteri BUMN atau karena memang sudah saatnya sdm di perkereta apian dapat memuaskan pelanggannya. Tetapi menurut saya ini adalah hasil atau effect psikologis kunjungan mendadak Menteri BUMN Dahlan Iskan. Selanjutnya perjalanan di udara yang cerah tanpa hujan sekalipun meskipun cuaca mendung meski agak merata  antara Jakarta – Yogayakarta, tetapi perjalanan Argo Lawu Kali ini cukup meneyanangkan tanpa berhenti sampai di Cirebon pukul 13.30. Dan ini nampaknya sesuai Jdwal kerat api tersebut. Perjalanan Cirebon Jakarta nampaknya dengan pengurangan kecapatran karena dirasakan berbeda kecepatan antara Yogyakarta Cirebon. Agak sedikit lebih pelan. Kalau hal ini berjalan seterusnya pasti akan membawa dampak luar biasa bagi kepuasan pelanggan kereta api, karena selama ini menurut saya yang sering kali bepergian Klaten Jakarta denganmenggunakan moda transportasi Kereta Api akan terpuaskan, selain perjalanan yang bersih dari pedagang asongan sekaligus cleaning service yang memuaskan, juga ketepatan waktu perjalanan sehingga saya tidak menderita kerugian akibat kereta terlambat, apalqgi ketika saya masih aktif sebagai PNS 6 tahun lalu, sering terlambat mengikuti pertemuan di Jakarta karena saya menggunakan moda angkurtan kereta api. Semoga kondisi ini berlangsung terus karena dipelihara oleh para pegawai PT KAI dimanapun. Nampaknya sedikit banyak kunjungan Menteri Dahlan Iskan mengikuti Kereta api berkeliling Jakarta ini membawa pengaruh yang positif.. Semoga hal ini tidak obor blarak atau anget anget tai ayam tetapi dapat terus dipelihara bekerja memuaskan pelanggan pasti akan membawa pengaruh kepada pendapatan PT KAI yang nota bene akan menjadikan peningkatanb bagi kesejahteraan pegawai di dalamnya.

RMP Sosro Kartono seorang tokoh Nasional Yang Terlupakan

DRS. RMP SOSROKARTONO
SEORANG TOKOH NASIONAL YANG TERLUPAKAN
Oleh Wibowo Ari Subagio
Paguyuban Oncek Oncek Kawruh Sapala Kabupaten Klaten


Rabu tanggal 20 April 2011 malam menjelang pwringatan Hari Kartini tahun ini, kembali Paguyuban Oncek Oncek Kawruh Sepala Kabupaten yang berjumlah 9 orang kembali bertemu menggelar oncek oncek mengenai seorang tokoh nasional Raden Mas Panji Sosro Kartono.

RMP Sosro Kartono di lahirkan di Mayong Jepara 10 April 1877 putra Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat, kemudian menjabat sebagai Bupati Jepara.
 Para pembaca tentu juga akan teringat pada tanggal 21 April berbeda tahun lahir pula tokoh pejuang  emansipasi wanita yaitu RA Kartini yang juga putra Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat,. Ya memang keduanya adalah kakak beradik yang kebetulan lahir pada bulan April meskipun berbeda tahun.

RA Kartini diakui sebagai pahlawan nasional karena perjuangannya menegakkan kesetaraan pria dan wanita dalam memperoleh hak haknya.. Sementara RMP Sosro Kartono kini ibarat tokoh yang terlupakan meskipun ada sekelompok warga masyarakat yang mengenangnya sebagai pribadi yang luhur. Padahal RMP Sosro Kartono adalah seorang panutan dari RA Kartini.

Mengapa sosok RMP Sosro Kartono tidak banyak disebut dalam sejarah bangsa Indonesia? Berikut ini sekilas catatan yang dinukil dari berbagai sumber baik berupa tulisan maupun catatan dari dunia maya ( internet).

Sekilas Biografi

Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan.
Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan.
Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di kota Wina, Ibukota Austria, membuka lowongan kerja sebagai wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes adalah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom menjadi berita yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Drs Raden Mas Panji Sosrokartono, putra Bumiputra yang ikut melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar lainnya lebih dari 30 kata. Persyaratan lainnya juga bisa dipenuhi oleh RMP Sosrokartono sehingga akhirnya ia terpilih sebagai wartawan perang surat kabar bergengsi Amerika, The New York Herald Tribune.
Agar supaya pekerjaannya lancar ia juga diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat.

RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah Nusantara. Sebelum ia menjadi wartawan the New York Herald Tribune, ia bekerja sebagai penterjemah di Wina, ibukota Austria. Di Wina ia terkenal sebagai seorang “jenius dari Timur”. Ia juga bekerja sebagai wartawan beberapa surat kabar dan majalah di Eropa. Di dalam buku ‘Memoir’ Drs Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa.

Sebelum Perang Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, RMP Sosrokartono terpilih oleh blok Sekutu menjadi penterjemah tunggal, karena ia satu-satunya pelamar yang memenuhi syarat-syarat mereka yaitu ahli bahasa dan budaya di Eropa dan juga bukan bangsa Eropa. Dalam ‘Memoir’ tulisan Drs Muhammad Hatta ditulis kalau RMP Sosrokartono juga menguasai bahasa Basque, menjadi penterjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque. Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai.
Pihak-pihak yang berunding naik kereta api yang kemudian berhenti di hutan Compaigne di Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan yang resmi berlangsung. Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis.

Ketika banyak wartawan yang mencium adanya ‘perundingan perdamaian rahasia’ masih sibuk mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan rahasia tersebut. Penulisnya ‘anonim’, cuma menggunakan kode pengenal ‘Bintang Tiga’. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang RMP Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa. Yang menjadi pertanyaan bagaimana RMP Sosrokartono bisa mendapat hasil perundingan perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat? Apakah RMP Sosrokartono menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia tersebut? Kalau ia menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia itu lalu bagaimana ia menyelundupkan beritanya keluar? Seandainya ia tidak menjadi penterjemah dalam perundingan perdamaian rahasia itu, sebagai wartawan perang, bagaimana caranya ia bisa mendapat hasil perundingan perdamaian rahasia tersebut? Sayangnya dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tidak ada informasi mengenai hal ini. Namun tak dapat disangkal lagi, berita tulisan RMP Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian rahasia Perang Dunia I itu merupakan salah satu prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai wartawan perang.

Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala Penterjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. Ia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921. Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda.

Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.

Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.
Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya.
RMP Sosrokartono pulang ke tanah air tahun 1925. Ia kemudian menetap di kota Bandung. Supaya RMP Sosrokartono tidak ikut kegiatan politik yang sedang marak saat itu. RMP Sosrokartono kemudian ditawari berbagai jabatan dari Pemerintah Kolonial Belanda seperti jabatan Bupati, Adviseur Voor Inlandse Zaken dan Direktur pada Museum Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten en Wetenschappen di Jakarta. Namun tawaran jabatan itu ditolak RMP Sosrokartono. RMP Sosrokartono memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman Siswa, nationale Middlebare School yang baru didirikan di Bandung.

Guru-guru di sekolah Taman Siswa itu antara lain Ir Soekarno, Dr Samsi, Mr Sunario dan Mr Usman Sastroamidjoyo. RMP Sosrokartono juga ikut aktif dalam kegiatan politik saat zaman pergerakan nasional Indonesia. Kegiatan Sosrokartono dapat dilihat dari laporan para pejabat kolonial Belanda. Dalam laporan rahasia tahun 1962 yang dibuat Van Der Plas pejabat Adviseur Voor Inlandse Zaken tertulis kalau Drs Sosrokartono termasuk pelopor gerakan nasional Indonesia dan tidak dapat dipercaya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Laporan ‘Komisi Istimewa’ yang terdiri Herwerden dan Toxopeus langsung kepada Ratu Wilhelmina berisikan kalau Sosrokartono penganjur swadesi dan sangat berbahaya bagi berlangsungnya ketentraman dan kedamaian di Hindia Belanda.

Tahun 1927, RMP Sosrokartono terpaksa keluar dari Perguruan Taman Siswa karena tekanan Pemerintah Kolonial Belanda terhadapnya sudah tak tertahankan lagi. RMP Sosrokartono kemudian sering melakukan ‘tarak brata’, tidak mau menikmati kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di tiap harinya beliau hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang. Selanjutnya ia jadi suka berpuasa tanpa berbuka dan bersahur, dan juga tidak tidur selama berhari-hari, biasanya sampai 40 hari lebih.

Dan pada 30 April 1930 ia mulai mengadakan penyembuhan spiritual dengan air putih yang dilakukan di tempat tinggalnya di Jalan Pungkur Bandung (sekarang Jl Dewi Sartika), yang kemudian disebut Darus Salam (Tempat Nan Damai). Orang Jawa yang berobat kepadanya menyebut beliau ‘Ndoro Sosro’, Orang Sunda menyebutnya ‘Dokter Cai’ atau ‘Juragan Dokter Cai Pengeran’ atau Dokter Alif, Orang Belanda dan Indo Belanda menyebutnya ‘Oom Sos’ dan kalangan kedokteran menyebutnya ‘Wonder Dokter’ (bahasa Belanda artinya dokter ajaib).
Beliau tidak menikah, tidak punya murid dan wakil.
Pada hari Jum'at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram.

Tokoh Sederhana dan Merakyat

RMP Sosro Kartono adalah seorang pribadi yang sangat kuat karakternya sehingga banyak dikagumi oleh tokoh tokoh nasional seperti misalnya  Bung Karno Sang Proklamator menyebut “….. Drs RMP Sosro Kartono adalah seorang sahabat saya dan seorang putra Indonesia yang besar”.
Mr Ahmad Subardjo seorang tokoh nasional yang pernah menjabat sebagi Ketua Organisasi Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda menyatakan kalau  RMP Drs Sosro Kartono memang luar biasa dalam segala aspek kehidupan manusia baik lahiort maupun batin,. Sosro Kartono pernah di curigai oleh penjajah karena pengaryuhnya yang sangat besar kepada masyarakat Indonesia dan RMP Sosrokartono dapat dibanggakan sebagai putra Indonesia sejayti.
Profesor Mr. Muhamad Yamin tokoh nasional lainnya memberikan pernyataannya “….. Sosrokartono adalah poutra Indonesia yang pernah berjuang, menderita dan mendapat kemenangan sampai pulang kepangkuan bumi di makam Sedhomukti, setelah bekerja dengan menggerakkan berbagai tenaga untuk kebahagiaan dan kemajuan bangsa. Bapak Drs RMP Sosrokartono adalah penganjur orang berilmu dengan mengendalikan tenaga jasmani dan rohani untuk kebahagiaan Indonesia dan Dunia”.
Pernyataan ketiga orang besar bangsa Indonesia itu menunjukkan  Raden Mas Panji Drs. Sosrokartono adalah tokoh nasional yang besar.
Tetapi mengapa bangsa Indonesia pada umumnya tidak mengenal beliau. Itulah kekuatan karakter beliau yang benar benar tidak ingin menonjol dan di tonjolkan bahkan dalam kehidupannya beliau adalah seorang yang tidak mementingkan diri sendiri, tidak pernah menikah,  tidak mempunyai murid dan tidak pernah mempunyai wakil.
Dalam sebuah catatan biografi beliau yang ketika bekerja baik sebagai wartawan sampai  menjabat sebagai seorang penterjemah internasional di sebuah badan Perserikatan Bangsa Bangsa menyebutkan beliau memperoleh gaji sekitar $ 1500 saat itu dan sampai sekarang tidak pernah di urusnya.
Sehingga dengan melihat karakter RMP Sosrokartono itulah kemudian belaiau tidak ingin terkenal dan tidak ingin dikenal selain sebagai pribadi yang sangat sederhana yang suka menolong tanpa pamrih sebagaimana di yakini oleh beliau sehingga mampu menciptakan rumusan rumusan kehidupan sebagai Mandor Klungsu, Jokopring, Rumusan Ilmu Kantong Bolong, menciptakan ilmu Nglurug Tanpa Bala, Sugih Tanp Banda, Digdaya tanpa Aji dan lainnya.

Sosok RMP Sosrokartono layak menjadi panutan bangsa Indonesia sampai kapanpunmeskipun beliau tidak menyandang gelar pahlawan nasional akan tetapi sebenarnya beliau layak memperoleh kehormatan tersebut.
Generasibangsa Indonesia saat ini dan generasi yang akan datang, perlu menyerap dan memahami filosofi hidup beliau untuk kebahagiaan dan kejayaan Indonesiasekarang dan yang akan datang. ( was )




PAGUYUBAN ONCEK ONCEK SIAP TERBITKAN BUKU BUKU
PANDUAN HIDUP BAHAGIA DAN SEJAHTERA MENURUT BUDAYA JAWA

   Sungguh menarik kesimpulan pertemuan paguyuban Oncek Oncek Kawruh Sepoolo Klaten kali ini. Suatu keputusan berani hasil permufakatan para anggotanya untuk menerbitkan buku buku panduan hidup sederhana dan sejahtera menurut budaya Jawa.
Dalam pertemuan ke 5 ini masih melanjutkan pembicaraan tentang buku Makna Ungkapan Bahasa Jawa yang rencananya tengah di edit oleh DR Esti Ismawati salah seorang anggota paguyuban. Pembicaraan melanjutkan pembicaraan melengkapi jumlah ungkapan makna bahasa jawa yang telah di rangkam bvulan lalu dengan menambah materi dari Pak Margono.
Swementara itu ada tambahan naskah dari Ir Rio Darmanto yang bergelan KRAT Sastro Negoro dengan materi rangkuman ajaran Memayu Hayuning Urip, yaitu rangkaian kata kata mutiara yang telah dicetuskan oleh RMP Sosro Kartono yng penuh makna dan nasehat berdasar budaya Jawa. Tulisan Pak Rio ini menambah khasanah nasehat berbasis budaya Jawa yang apabila di unghkap kembali khususnya bagi generasi muda akan sangat besar manfaatnya. Ungkapan ungkapan itu akan menjadi sarana atau penunjang memberikan peljaran karakter bagi generasi muda. Dengan berbagai kata kata mutiara dan ungkapan ungkapan  dalam bahasa Jawa yang adi luhu8ng itu diharapkan akan dapat membekali generasi penerus membangun karakternya sesuai dengan budaya asal yang berbahasa ibu sehingga mudah untuk dimengerti dan difahami.
Dalam pembicaraan itu muncul semangat yang kuat untuk meletakkan budaya Jawa khususnya di Kabupaten Klaten sebagai salah satu wilayah yang berdekatan dengan pusat budaya Jawa Tengah yaitu Surakarta dan Yogyakarta sebagai sarana pembangunan karakter sebagaimana di ajarkan oleh pendahulu bangsa seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Ageng Suryomentaram dan RMP Sosro Kartono.
Mutiara kata,  peribahasa serta ungkapan ungkapan nasehat berbahasa jawa yang dimaknai dengan bahasa Indonesia akan menjadi alat yang sederhana tetapi bermanfaat agar generasi muda tidak menjadiu “ Jawan “ atau kehilangan jawanya. Hal ini sejalan dengan kmondisi yang nyata di kalangan masyarakat kita. Tidak hanya di pulau Jawa saja tetapi hampir di seluruh Indonesia. Masyarakat sekarang ini mudah sekali kecewa, marah, sakit hati, anarkhis dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa generasi muda bangsa Indonesia ini tengah bergeser nilai budayanya dari budaya yang halus lembut serta penuh sopan santun menjadi budaya yang keras, penuh caci maki dan tindakan kejam kalau tidak dapat disebut bengis.
Kondisi ini muncul karena berbagai sebab bisa karena kondisi yang dilandasi orientasi materialistik yang meninggalkan kultur budaya. Lebih mngutamakan logika daripada hati nurani sehingga banyak masalah yang di selesaikan dengan nafsu amarah yang meluap daripada dibicarakan dengan santun dengan ungkapan “ omno rembug dirembug “ sebagaimana diamanatkan dalam dasar Negara Pancasila yaitu Musyawarah menuju mufakat yang telah diajarkan oleh para Founding Father Bangsa Indonesia.
Demikian mendasarnya dan pentingnya pembangunan karakter bagi gebnerasi penerus inilah yang mendorong para anggota paguyuban bersepakat untuk menerbitkan banyak buku tentang ajaran ajaran nenek moyang yang menanamkan kultur budaya asli Indonesia seperti ajaran RMP Sosro Kartono dengan Catur Murtinya atau ajaran Ki Ageng Suryomentaram salah seorang pendiri Taman Siswo bersama sama Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan “Kawruh Jiwa” yang lebih menanamkan filosofi asli Nusantara. Ajaran yang terkenal dari Ki Ageng Suryomentaram yang juga dikenal dengan sebutan Ki Gede Bringin ini dikagumi oleh para ahli filsuf dunia salah sati diantaranya seorang filsuf Pertancis yang ikut menyebarkan filosofi asli Indonesia dari Jawa ini. Yang terkenal dari salah satu kawruh belaiau adalah kawruh “ Mulur – Mungkred “ yang mengisahkan bahwa manusia itu tidak pernah puas. Kalau menginginkan sesuatu pasti akan bertambah tambah misal ingin memiliki baju baru tetapi jika melihat oreang lain memiliki tutup kepala bagus maka ia ingin memilki topi baru. Kepngin punya sepeda, suatu kali susah karena sebenarnya ia ingin memiliki mobil demikian seterusnya selalu mulur tau berkembang keinginannya terkadang berakibat tidak menimbang kemampuan diri yang seterusnya menjadikan ma petaka atau kesusahan. Demikian pula keinginan yang menurun misalnya ingin punya rumah bertingkat tetapoi karena tidak memiliki daya dicukupkan memiliki rumAH sederhana tetapi asal bisa digunakan berteduh. Atau ingin istri yabng cantik, kaya dan dari keturunan luhur, tetapi tidak kesampaian hanya dicukupkan beristri tidak cantik asal sehat dan seterusnya yang demikian inilah yang disebut “mungkred “ atau menyusut. Jadi Intinya manusia itu tidak pernah puas, susah – senang – susah senang dan seterusnya.
Untuk mengatssi hal tersebut oleh Ki Ageng Surtomentaramdiajarkan agar manusia dapat menguasai diri dengan sebaik baiknya.

M e d I t a s i
Disamping melanjutkan pembicaraan tentang Makna Ungkapan Jawa dan niat menerbitkan buku buku nasehat berbasis budaya jawa pada kesempatan malam pertemuan ke 5 itu juga dibicarakan serta dipraktekkan latihan meditasi.
Menurut Pak Ir. Tugiman,meditasi ini banyak berguna bagi para anggota masayarakat khususnya bagi peserta paguyuban, karena dengan meditasi ini dapat dilatih pengendalian diri baik mengendalikan diri terhadap kesehatan, amarah, nafsu ataupun dapat pula dapat untuk mengatasi laju detak jantung sehingga dapat menghindarkan diri dari penyakit jantung akibat detaknya yang cepat dan keras.
Di awal pembicaraan dilangsungkan pelatihan sederhanas mengatur nafas terlebih dahulu karena pada dasarnya meditasi adalah mengendalikan aliran nafas sehalus dan selambat mungkin manusia bernafas. Nafas yang halus dan lambat akan menghemat energi jantung, selain juga hgemat energi O2. Pengaturan nafas pada dasarnya adalah menarik O2 agar dapat digunbakan sehemat mungkin sehingga menimbulkan reaksi organ tubuh yang kekurangan O2 atau disebuty sebagai kondisi unaerobik yang mampu menjadikan sel tubuh tahan gangguan disamping hemat energi O2.
Awal pelatihan di latih dengan duduk seperti tasyahud ( duduk diantara dua sujud dalam islam ) tetapi kedua ujung jempol kaki dipertemukan satu dengan yang lain. Posisi  duduk ini memudahkan kita melatih keteraturan menarik dan mengeluarkan nafas tetapi juga akan menimbulkan sirkulasi energi elektrostatik tubuh melalui dua ujung jempol kaki yang dipertemukan setelah ujung tulang ekor kita menarik energi dari bum.
Menarik nafas dilakukan setelah mengosongkan perut, setelah hitungan ke enam kemudian nafas ditahan dengan menekan titik inti energi yang terletak dua jari dibawah pusar dengan 3 hitungan, kemudian melepas nafas dengan 6 hitungan sehiungga p[erut kosong kembali. Cara bernafas demikian ini menurut Pak Ir. Tugiman selaku narasumber disebut sebagai pernafasan perut. Menurut beliau tidak hanya pernafasan perut tetapi masih ada cara pernafasan lainnya bahkan ada cara pernafasan melalui dubur.
Setelah pelatihan olah nafas dengan dihitung, peserta kemudian diminta untuk tidak menghitung tetapi masih melakukan pernafasan perut yang sama. Setelah pelatihan ini berjalan kurang lebih 10 menit dilanjutkan dengan praktek meditasi selama 10 menit. Caranya adalah dengan melakukan proses pernafasan perut tetapi dengan sikap duduk bersila seperti biasa, dengan kedua telapak tangan membuka ke atas seperti orang meminta, mata terpejam tetapi tidak dipaksakan, kemudian pikiran dikosongkan. Setelah berjalan bebeapa hitungan peserta diminta menjalan proses pernafasan perut tanpa hitungan dengan mengendurkan seluruh anggota badan serta mengosongkan pikiran. Pengenduran otot tubuh dimulai dari ujung kepala ke pangkal leher, kemudian tahap berikut mengendurkan anggota tubuh dari pangkal leher ke ujung jari, dari ujung leher ke pangkal opaha, dari pangfkal paha ke ujung jari kaki demikian berlanjut dan bertahap sehingga akan menimnbulkan rasa tenang luar biasa bahkan apabila ada rasa kantyuk dilepas atau biarkan saja tertidur., inilah tingkatan ketengan luar biasa tercapai dan tahapan selanjutnya akan dilanjutkan pada pelatihan berikutnya.Pada akhir pelatihan dilakukan demo pembersihan aura kepada peserta pelatihan oleh Pak Ir. Tugiman.
diposting oleh wibowo ari subagio