Rabu, 04 Januari 2012

KUNJUNGAN PAGUYUBAN ONCEK ONCEK PADA OBYEK SEJARAH DI KAB KLATEN


Sebuah desa yang jauh dari keramaian kota dan berada di perbukitan kaki gunung Merapi ternyata menyimpan kisah perjuangan mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia pada tahun 1949 ketika Negara republik Indonesia baru saja dipriklamirkan dan ibu kota mengalami perpindahan ke Yogyakarta, fihak penjajah belandfa kembali ingin menduduki wilayah Indonesia dengan menyerang kota yogyakarta sebagai ibu kota republic ini.
Pertempuran demi pertempuran berjalan dengan sengitnya antara TNI dan para gerilyawan melawan penjeajah kolonial Belanda. Tetapi apakah generasi sekarang ini mengetahui dan peduli bahwa pertempuran mempertahakan kemerdekaan itu dikendalikan dari sebuah desa yang bernama Kepurun. Mengapa desa ini diberi nama Kepurun ada sebuah ceritera yang diuangkapkan oleh Triwidodo Kepala Desa Ke0purun kala pertempuran antara Prajurit Pangeran Diponegoro yang melakukan perjuangan melawan penjajah Kompeni Belanda dengan semangat yang lemah sampailah pelariannya sampai ke sebuah desa di kaki gunung Merapi.Di sana terdapat sebuah sendang (sumber air) di desa tersebut yanbg airnya selalu mengalir sepanbjang musim. Bahkan ketika erupsi Merapi tahun 2010 yang lalu hingga sekarang, sumber air itu justru menunjukkan peninghkatan debit airnya. Pada saat para prajuritnya sedang bersitirahat itulah Pangeran Diponegoro meminta seluruh prajuritnya untuk membasuh badannya dengan airt sendang yang jernih dan dingin. Setelah membasuh badan itulah kemudian dicanya oleh Pangeran Dipionegoro nyang dalam bahasa jawa sekarang kuranglebih ”opseduluh sedulur isih gelem berjuang perang karo Londo?” yang dalam bahasa Inbdonesia sebagaimana dikutip dari cerita Pak Kepala Desa Kepurun ”apakah saudara saudara masih bersedia nmelanjutkan poerjuangan melawan Belanda?” maka semua pengikut Pangeran Diponegoro itu menjawab Purun atau Mau dan bersedia melanjutkan perjuangan. Dengan demikian maka bangkitlah semangat me4reka untuk melanjutkan seperti ayam jago yang hampir kalah bertarung tetapi kemudian dimandikan dengan air menjadi segar dan bersemangat kembali. Maka dari periustiwa itulah kemudian desa itu di berinama Kepurun dan sendang yang digunakan untuk membasuh badan para penngikuit Pangeran Diponegoro itu disebut dengan sendang Kuwanen atau sendang keberanian.
Namun apa yang terjadi masa sekarang iuni? Markas Besar Komandi Jawa atau MBKD yang diugukai Kolonel Abdul Haris Nasution yang kemudian menjadi Jendral Berar Abdulharis Nasution (Alm) nampak tidak memperoleh perhatian semestinya sebagai bangunan bersejarah terutama rumah Kepala Desa waktu itu yang digunakan sebagai kantor Markas Besar  Komando Jawa Madura bahkan sudah hancur tinggal pui9ng puing belaka dimana di halaman rumah itu masih megah berdiri tugu Monumen MBKD.
Camat Manisrenggo Gandung Wahyudi menyatakan bahwa fihaknya pernah mengajukan proposal untuk membangun kawasan bersejarah disekitar MBKD itu tetapi sampai saat ini belum ada fihak yang menyetujui usulan tersebut.
Penulis sebagai generasi penerus sekarang ini sangat besar berharap agar fihak pemerintah khususnya pemerintah daerah dapat memberikan perhatian khusus terhadap monumen MBKD tersebut sehinga dapaty menjadi daerah atau wilayah trujuan wisata sebagai upaya memberikan pembelajaran kepada genarasi mendatang akan faham terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia itu di raih dengan tetesan keringat dan darah para pejuang pendahulu Republik ini. Jadi Klaten sebenarnya memiliki catatan tersendiri terhadap sejarah kemerdekaan negara RI terlebih ketika yogyakarta sebagai ibu kota Republik di duduki oleh Belanda maka Kabupaten Klaten menjadi daerah garis belakang  para gerilyawan serta pemerintahan republik ini karena sebagain besar para menterinya mengungsi di wilayah Kabupaten Klaten misalnya para Menteri berdomisili di wilayah Kecamatan Cawas berada di desa Tirtomarto seperti kementrian perekonomian dan Keuangan dimana dahulu mata uang republik iui pernah di cetak di Cawas sebagaimana diceritakan oleh mnntan Kepala Desa Tirtomarto ketika itu serta menteri Kehakiman yang menggunakan sebagaian ruangan di Kantor Kecamatan Prambanan sekarang.
Gambar atas: Monumen MBKD Kepurun
Gambar bawah: Kepurun Pawana Indah yang letaknya secara geografis diselatan MBKD
Kepurun saat ini telah berubah dan maju meskipun satu desa ketika erupsi merapi Tahun 2010 sempat terkena serangan awan panas yaitu desa Balerante tetapi sekarang ini pada umumnya menjadi desa yang cukup sejahtera termasuh di kawasan Kepurun itu telah berdiri sebuah lembaga pendidikan Mixed Farming milik PT Kepurun Pawana Indah anak perusahaan PT PLN persero. Kepurun Pawana Indah adalah lembaga diklat yang melatih para calon pensiunan yang semula hanya calon pensiunan Pegawai PLN saja, tetaopi sekarang ini telah menjadi lermbaga diklat untuk mendidik para calon pensiunan pegawai pemerintah pada umumnya. DI Kepurun Pawana Indah ini para calon pensiun dilatih bagaimana cara bertani, beternak dan memelihara ikan secara terpadu sehingga selain dapat menambah kesibukan juga dapat memberikan hasil tambahan ketika berada dalam masa pensiun tersebut. Di lembaga diklat yang dilengkapi dengan sarana akomodasi atau pengiunapan mampu menampung lebih dari 30 peserta diklat dengan tenaga instruktur dari PT KPI yang memiliki kompetensi. Selain itu Kepurun Opawan Indah juga terbuka untuk kalangan pendidikan baik dari para guru maupun siswa peserta didik untuk dilatih memiliki kompetensi di sektor mixed farming.
dipost oleh wibowo ari subagio

Senin, 02 Januari 2012

Penyakit Herpes Zozter









·                                 Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular cacar api) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster.[1] Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia(pusat saraf) posterior.[2] Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas seluler maka virustersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster.[2] Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulityang dilalui virus tersebut.[2] Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti penderita AIDS, leukemia, lupus, danlimfoma.[1]

]Epidemologi

Herpes zoster (Di Jawa Tengah dikenal dengan nama penyakit Dompo) ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanyaimmunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitasmelawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi, seperti pasienHIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik.[3]

]Gejala

Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan lepuhan lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari sumsum tulang belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran bintil-bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal. Bintil akan muncul di seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat, namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat. Bintil atau lepuh akan pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut akan terjadi dalam waktu  3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi hanya ada rasa sakit.[4]
]Deteksi
Untuk mendeteksi penyakit herpes zoster, dapat dilakukan beberapa macam tes, yaitu;
§                     Kultur virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.
§                     Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.
§                     Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.
§                     PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya cairan serebrospina.[5]
Pengalaman penulis menunggu orang sakit herpes zoster di Rumah Sakit ternyata benar benar orang tua yang telah berusia lanjut itu sangat menderita karena kesakitan, sehingga keluarganya harus sabar dan berserah diri kepada yang  Maha Kuasa.  Obat obatan yang diberikan tidak segera bereaksi harus menunggu 3 – 4 hari obat obat yang diberikan baru bereaksi. Sehingga penderita benar benar sangat kesakitan meskipun obat sebenarnya sudah diberikan. Mengapa hal ini saya tulis di blog ini, setidaknya perlu ada penyuluhan kepada masyarakat luas mengingat penyakit Herpes zoster ini sangat berbahaya bagi penderita terutama yang telah ber usia lanjut atau siapapun yang menderita, karena di tengah masyarakat masih kuat beredar kepercayaan bahwa herpes itu hanya dapat di sembuhkan dengan cara menyemburkan sesuatu ke arah luka yang di timbulkan olegh infeksi virus tersebut. Pada hal ini sangat tidak nalar karena virus tidak dapat dilawan dengan cara disembur dengan larutan gula jkelapa, tetapi harus dilawan dengan cara medis dengan pemberian zat anti virus. Jadi sebenarnya munculntya kepercayaan itu masih menandakan belum cukupnya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Dikutip dari sumber Wikipedia Indonesia dan pengalaman pribadi penulis.
Di posting oleh wibowo ari subagio